Sebelumnya
saya akan menjelaskan dulu tentang pengertian domain, agar pembahasan ini dapat
lebih dimengerti. Dalam dunia internet, khususnya dalam penggunaan website, ada
dua istilah yang sering digunakan, yaitu hosting dan domain.
Hosting
dapat dianalogikan sebagai sebuah rumah atau tempat, dimana kita bisa menaruh
kursi, meja dan banyak peralatan lainnya di situ. Dalam sebuah hosting, kita
dapat menaruh banyak “peralatan” seperti yang kita mau, misalnya gambar,
tulisan, form kontak, dan sebagainya. Jadi, hosting adalah tempat di mana
website kita berada, secara fisik.
Sedangkan
domain, bisa dianalogikan atau diistilahkan sebagai alamat atau nama jalan.
Sebetulnya, setiap website sudah memiliki “alamat” sendiri. Namun bentuknya
adalah dalam bentuk deretan angka yang sulit untuk dihapalkan, yang disebut IP
Address atau Internet Protocal Address.
Misalnya,
alamat “fisik” untuk kompas.com adalah 202.61.113.35.
Sekarang, mana yang lebih kita pilih untuk membuka halaman website Kompas?
Mengetikkan angka 202.61.113.35, atau mengetikkan kompas.com,
pada address bar di browser yang kita pakai? Mana yang lebih mudah kita ingat?
Angka 202.61.113.35, atau kompas.com? Tentunya kita akan lebih memilih kompas.com.
Itu
jika hosting yang disewa atau dimiliki adalah “dedicated hosted”, yaitu hosting
yang secara ekslusif, hanya digunakan untuk satu alamat domain, seperti kompas.com
tadi. Bagaimana jika hosting yang digunakan adalah “shared hosted” atau hosting
yang dipakai bersama? Akan lebih rumit lagi jadinya. Contohnya adalah blogdokter.com,
sebuah blog yang membahas tentang kesehatan. IP Address-nya adalah 104.28.13.141.
Coba ketikkan deretan angka tesebut (104.28.13.141) pada address bar browser,
lalu tekan tombol Enter. Yang terbuka bukannya halaman blogdokter.com,
melainkan sebuah halaman yang memberitahukan bahwa kita tidak diizinkan untuk
membuka halaman tersebut secara langsung, alias harus mengetikkan “nama”
domainnya, yaitu blogdokter.com. Demikian juga jika kita mengetikkan IP Address
untuk blog bernama dzofar.com, sebuah blog yang berisikan banyak tutorial untuk
membuat gambar vector. Coba ketikkan deretan angka 68.65.120.223, pada
address bar di browser kita. Apa yang terjadi? Bukannya halaman dzofar.com yang
terbuka, melainkan sebuah halaman yang memberitahukan agar kita menghubungi
webmaster dari hosting tersebut.
Kenapa
dua hal terakhir terjadi? Kenapa jika kita mengetikkan angka 104.28.13.141
atau 68.65.120.223, yang terbuka bukannya halaman blogdokter.com
atau dzofar.com?
Itu karena mereka, menaruh blog mereka, pada “shared-hosted” alias hosting
berbagi. Apakah itu salah? Sama sekali tidak. Apakah artinya mereka adalah blog
yang jelek? Sama sekali tidak. Mereka adalah contoh dari banyak web atau blog
di dunia ini, yang memakai shared-hosted untuk menaruh blognya. IP Address
mereka sama, namun domain yang dipakai berbeda-beda, sesuai dengan folder (atau
ruangan) yang mereka miliki.
Shared-hosted
dinilai lebih efektif untuk website-website atau blog-blog yang berukuran
kecil, yang biasanya dimiliki dan dijalankan oleh orang pribadi atau perusahaan
kecil. Analoginya seperti apartemen, yang alamat fisiknya sama, namun lantainya
beda.
Jadi,
kesimpulannya, jika hosting adalah rumahnya, maka domain adalah alamatnya.
Mudah-mudahan sampai di situ bisa dimengerti.
Kembali
ke pembahasan utama, kita akan coba membuat sebuah “shared-hosted“, di komputer kita sendiri, alias
di localhost. Maksudnya bagaimana ya? Maksudnya
adalah kita bisa membaut beberapa web/blog dengan alamat domain yang berbeda,
namun dengan IP Address yang sama, yaitu 127.0.0.1. Kenapa 127.0.0.1? Karena IP
Address 127.0.0.1, sudah disiapkan sebagai IP Address dari localhost. Jadi,
jika kita mengetikkan http://localhost/,
sebenarnya kita mengetikkan http://127.0.0.1.
Syarat
pertama untuk dapat membuat shared-hosted di localhost ini, tentu saja adalah
sudah terinstallnya web-server di komputer kita. Jika belum memilikinya, XAMPP
bisa menjadi salah satu pilihan. XAMPP sendiri sebenarnya bukan webserver.
Namun, XAMPP adalah sebuah aplikasi “lengkap” yang terdiri dari apache
webserver, php processor, mysql database administration, dan beberapa
tools lainnya. Oiya, Anda dapat mengunduh atau men-download-nya di sini. Download aplikasinya, install sesuai dengan
petunjuk yang ada, dan kita bisa mulai.
Dengan
asumsi bahwa webserver yang digunakan adalah Apache (untuk webserver jenis lain
seperti Microsoft Web Server atau IIS, silahkan googling), maka kita bisa mulai
dengan langkah pertama, yaitu dengan membuka file httpd-vhosts.conf.
Letaknya (biasanya) ada pada folder “c:\xampp\apache\conf\extra”. Silahkan buka
folder tersebut dan cari file httpd-vhosts.conf, lalu edit file
tersebut. Gunakan editor kesukaan masing-masing. Saya sendiri memakai PsPad
sebagai editornya.
Dengan
editor, buka file tersebut, lalu cari baris seperti berikut:
Copy
seluruh baris pada blok tersebut (pada gambar di atas, mulai dari baris 29 s/d
baris 36, nomor baris bisa berbeda sesuai dengan kondisi pada komputer
masing-masing), lalu tempatkan pada baris paling bawah. Lalu hilangkan tulisan
“##” yang berada di depan dari tiap baris yang tadi kita copy, kemudian ubah
juga namanya menjadi nama sesuai keinginan kita. Contohnya seperti di bawah
ini:
Yang
perlu diperhatikan adalah baris yang berisikan tulisan ‘DocumentRoot
“c:/xampp/htdocs/namaweb”‘. Itu adalah folder real atau fisik yang ada di
komputer kita. Jadi jika kita menggunakan nama folder namaweb, maka yang
tertulis di situ juga harus nama folder yang sama, secara lengkap. Contohnya
seperti di bawah ini:
Terlihat
di atas bahwa folder “namaweb”, ada dan terletak pada subfolder “xampp/htdocs“.
Pada folder tersebutlah, kita akan mengisi file-file yang akan kita gunakan
sebagai “isi” dari web kita nanti. Setelah itu, silahkan restart xampp Anda.
Caranya dengan menjalankan file “xampp-control.exe“, yang (biasanya)
terletak pada folder “c:/xampp“, seperti gambar di bawah.
Setelah
terbuka, akan terlihat status dari modul “Apache” yang sedang running.
Klik
tombol “Stop” yang terletak di sebelah kanannya, sehingga statusnya terlihat
seperti berikut ini:
Klik
lagi tombol “Start” yang berada di sebelah kanannya, untuk kembali menjalankan
“Apache Webserver”, sehingga statusnya kembali aktif seperti terlihat di bawah
ini.
Selanjutnya
yang harus kita lakukan adalah memodifikasi file “hosts” yang berada
pada folder “c:\windows\system32\drivers\etc“. Cari file bernama
“hosts”, buka dan cari baris berikut:
Copy
baris “# 127.0.0.1 localhost“, ke baris kosong di paling bawah,
dan hilangkan tanda “#” di depannya, dan ubah tulisan “localhost” menjadi namaweb.com,
sehingga menjadi seperti berikut ini:
Dengan
cara tersebut, maka kita bisa membuat beberapa web, dengan jumlah yang banyak
sesuai keinginan kita. Contohnya seperti di bawah ini. Saya membuat tiga “web”
dengan tiga domain berbeda, yaitu eny-riyani.com, cemutmelah.com serta programming.com.
Dan
foldernya adalah sebagai berikut, sesuai dengan yang tertulis pada file httpd-vhosts.conf
di atas.
Sedangkan
isi dari file hosts-nya adalah sebagai berikut:
Sekarang
ketikkan 4 (empat) alamat tersebut di atas, yang telah kita buat sebelumnya
(kalau seperti yang saya buat yaitu namaweb.com, eny-riyani.com, cemutmelah.net,
dan programming.com). Apa yang terjadi? akan tampil sebuah halaman kosong
seperti di bawah ini:
Ya,
memang masih kosong, karena kita belum mengisinya dengan konten yang kita
inginkan. Sebagai contoh, saya akan mengisi eny-riyani.com dengan cms
WordPress. Yang lainnya akan saya atur lagi nanti. Berikut ini tampilannya
setelah saya install dengan cms WordPress.
Lihat?
Saya bisa “memiliki” beberapa web sekaligus, secara gratis. Ya, tentu saja
gratis. Karena seluruh alamat web tersebut, hanya ada di localhost di komputer
saya, atau dengan kata lain, saya bisa membuka ke empat alamat web tersebut di
atas, hanya di komputer saya, dan tidak di komputer lain. Namun, dengan cara
ini, saya bisa belajar web programming atau/atau web design, dengan lebih mudah
dan dengan cara yang lebih menyenangkan, karena seakan-akan saya sudah memiliki
web sesungguhnya.
Cara
yang sama, bisa diterapkan jika kita memiliki sebuah tempat kursus web
programming dan/atau web-design.
Sebagai
catatan, konfigurasi yang dituliskan di dalam file hosts, akan berpengaruh saat
kita membuka halaman dengan alamat yang sudah dituliskan di situ. Jadi jika
misalnya kita menuliskan baris berikut pada file hosts:
127.0.0.1.
microsoft.com
Maka
begitu kita mengetikkan alamat microsoft.com pada address bar di browser yang
kita pakai, halaman yang terbuka bukanlah halaman microsoft.com
yang sesungguhnya, melainkan halaman yang ada pada komputer kita, sesuai dengan
konfigurasi yang dituliskan sebelumnya. Jadi, berhati-hatilah, karena jika
tidak, hal tersebut akan menyebabkan kita membuka halaman website yang salah.
Hal ini terutama jika kita sudah selesai dalam membuat website yang kita
inginkan, dan ingin meng-upload-nya ke webserver sesungguhnya yang ada di
internet.
Dan
ingat, bahwa “virtual shared-host” ini hanya berlaku di komputer kita saja,
bukan di komputer orang lain.
sumber : https://cemutmelah.wordpress.com/2017/01/29/membuat-multi-domain-di-localhost/
sumber : https://cemutmelah.wordpress.com/2017/01/29/membuat-multi-domain-di-localhost/
0 Comments